Hubungan Bilateral


INI TUGAS YANG BIKIN INSOMNIA ANAK-ANAK DULU PAS SMK!

Kerjasama Indonesia � Australia


Dari hasil kerjasama dengan Australia ini telah dicapai kesepakatan dan beberapa kerjasama yang cukup menguntungkan kedua belah pihak terutama di sector peternakan.


Kerjasama bilateral Indonesia - Australia di bidang Pertanian khususnya sector peternakan telah berlangsung dalam waktu yang lama. Australia telah membantu Indonesia lebih dari 20 tahun untuk memberantas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), dan kini Indonesia termasuk negara yang bebas PMK dan diakui secara internasional. Australia juga telah membantu Indonesia membangun Balai Penelitian Peternakan di Ciawi - Bogor.


Kerjasama di bidang pertanian antara Indonesia dan Australia diwadahi dalam suatu Working Group yaitu WGAFC. Pada pelaksanaan Sidang WGAFC XI di Melbourne, Ketua WGAFC Australia dipimpin Dr. Paul Morris, Executive Manager of Market Access and Biosecurity-AFFA, sedangkan Ketua WGAFC XI Indonesia adalah Dr. Delima Hasri Azahari. Struktur organisasi WGAFC terdiri dari 4 Task Force yaitu (1) Task Force on Crops and Plant Products, (2) Task Force on Agribusiness and Support System, (3) Task Force on Livestock and Animal Products, (4) Quarantine Consultation.


Beberapa kesepakatan dalam pertemuan WGAFC XI tanggal 3 � 5 Maret 2005 di Melbourne tersebut adalah sebagai berikut :

1. Investment opportunities in Indonesian Food and Agriculture Sector

Bayiss Associates Pty Ltd telah melakukan analisis dan menyampaikan informasi bahwa beberapa sektor yang berpeluang dan perlu dilihat serta dipertimbangkan oleh pengusaha-pengusaha Australia diantaranya dalam: pengolahan keju, pengolahan sapi, pengembangan usaha roti, pengolahan dan pengepakan.

2. Post Tsunami Reconstruction

Australia melalui ACIAR (Dr. John Skerritt) menginformasikan bahwa pemerintah Australia telah memberikan bantuan kemanusiaan diantaranya : kesehatan dan sanitasi air; koordinasi dan jasa pendukung; produk-produk makanan berkisar $ 33 juta. Hal ini ditegaskan pula dalam pernyataan Perdana Menteri Howard, bantuan Australia sebesar $ 1 milyar melalui Australia Indonesia Partnership for Reconstruction and Development(AIPRD). Bantuan yang diberikan berupa hibah sebesar $ 500 juta dan loan jangka panjang sebesar $ 500 juta. Fokus bantuan dalam proyek pengembangan ekonomi dan sosial .

3. Task Force on Crops and Plant Products:

Proyek yang disepakati diantaranya adalah : the Efficiency of the Indonesian Vegetable Supply Chain (pihak Indonesia mengharapkan pendanaan dapat diarahkan kepada ACIAR, sementara pihak Australia masih melihat kemungkinannya dari Victorian Government, ACIAR atau DAFF); Revitalisation of the potato seed project (sumber pendanaan dari pemerintah Western Australia); New project proposal for the cotton, mango, sugar and cashew nut industries (akan didiskusikan lebih lanjut oleh kedua belah pihak melalui Ketua Task Force masing-masing).
A Fresh project proposal on a horticultural centre of information (akan diperbaiki dan dikomunikasikan lebih lanjut oleh ketua TF masing-masing).

 4. Task Force on Agribusiness Support System:

Sebagai follow-up dari kesepakatan Joint Meeting WGTII dan WGAFC telah dilakukan survey dan penelitian oleh Bayiss Associates Pty Ltd Investment Opportunities in the Indonesian Food and Agriculture Sector direncanakan akan dipublikasikan, namun dalam pertemuan Task Force ini telah dibahas dan diputuskan untuk lebih disempurnakan oleh DAFF dan akan dikomunikasikan antara Ketua Task Force masing-masing.

5. Task Force on Livestock and Animal Products

Disepakati pula untuk mengkomunikasikan lebih lanjut dalam setahun ini dalam melaksanakan: pelatihan bagi pegawai pemerintahan Indonesia dalam bidangmanagement and business planning; joint investasi dalam industri penyamakan kulit di Indonesia, peluang investasi dalam industri susu di Indonesia, realisasi dari peluang ekspor pakan ternak ke Australia dan kerjasama dengan Universitas Murdoch.
Isu pihak Indonesia tentang memberikan batasan berat sapi hidup yang akan diekspor ke Indonesia guna melindungi para peternak lokal, pihak Australia perlu klarifikasi lebih lanjut.

6. Quarantine Consultation
Australia akan menyediakan overview untuk kegiatan-kegiatan dari capacity building, termasuk SPS Capacity Building Program dan PRA workshops yang ditanggung DAFF. Pihak Indonesia sangat mendukung pelaksanaan whokshop dimaksud dan akan lebih bagus lagi PRA seminar akan dilaksanakan di Jakarta.
Isu-isu yang diangkat dalam pertemuan Tripartite (Indonesia � Australia � PNG) dan Bilateral (Indonesia � Australia) bidang Perkarantinaan dan Kesehatan Hewan dan Tumbuhan, Pebruari 2005 di Canberra � Australia
Pembatasan usia ekspor sapi hidup ke Indonesia, pihak Indonesia mengusulkan sebaiknya mengadakan komunikasi yang intensif dengan institusi terkait dalam hal ini Ditjen Peternakan.
Penyelundupan Daging, disepakati kedua belah pihak bahwa untuk menanggulangi penyelundupan daging ke Indonesia ini perlu lebih meningkatkan kerjasama melalui tukar menukar informasi dalam pengiriman daging termasuk pengapalannya.
Kegiatan survey-survey pest and disease, selama ini dilakukan oleh Northern Australia Quarantine Strategy (NAQS) dari pihak Australia termasuk dalam penanganan Avian Influenza (Flu Burung), pihak Indonesia mengusulkan agar kegiatan tersebut juga mencakup penyakit mulut dan kuku di batas-batas wilayah.
Operasi Perbatasan, disepakati antara pihak Indonesia, Australia, Papua New Guinea dan Timor Leste untuk mendirikan Joint Study Team untuk meneliti infrastruktur dan fasilitas karantina yang diperlukan di perbatasan Timor Leste dan Papua New Guinea.
ISPM 15 (Pengemasan kayu), Indonesia telah memulai mengimplementasikan ISPM 15 (pengemasan kayu) dan berusaha menambah jumlah perusahaan yang memenuhi syarat/berakreditasi dalam hal ini, sedangkan Australia memberikan pandangannya mengenai hal-hal yang berkenaan dengan pengemasan kayu.
Bencana Tsunami telah menghancurkan sejumlah fasilitas karantina dan laboratorium, pihak Indonesia mengusulkan adanya bantuan pihak Australia pada area bencana merupakan bagian dari usaha untuk pembangunan kembali NAD dan Sumut.
Pertemuan ASEAN untuk Fruit Flies, Indonesia mengharapkan konfirmasi perkembangan lebih lanjut terkait dengan fruit flies project. Pihak Australia bersedia akan memberikan informasi project dimaksud


C.2. Indonesia � Suriname

Pada bulan Juli 1991 telah berkunjung rombongan Menteri Sosial, Tenaga Kerja dan Perumahan Rakyat Suriname kepada Menteri Pertanian RI, pokok pembicaraan mengenai kemungkinan diadakan kerjasama 2 negara di bidang pertanian. Pada kesempatan tersebut Bapak Menteri Pertanian RI memberikan bibit bawang putih varietas Tawang Mangu Baru dan bawang merah varietas Bima Tegal dengan berat masing-masing 5,5 kg untuk dicoba di Suriname.
Pada bulan Juni 1993 telah berkunjung tim inventarisasi industri kelapa sawit dan gula Indonesia ke Suriname dan merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
Untuk industri kelapa sawit Pemerintah Indonesia dapat membantu Pemerintah Suriname dengan mengirimkan 1 (satu) orang tenaga ahli agronomi dan 1 (satu) orang tenaga ahli di bidang teknik pengolahan kelapa sawit dari swasta selama 6-12 bulan.
Di bidang industri gula, PT Barata Indonesia telah bersedia mengirimkan tenaga ahlinya untuk merehabilitasi pabrik gula di Suriname.
Pemerintah RI mengundang teknisi Suriname di bidang industri gula dan kelapa sawit untuk mengikuti program magang selama 1-2 bulan di PT Perkebunan terkait.
Untuk pelaksanaan kerjasama tersebut Pemerintah RI bersedia menyediakan tenaga ahlinya, sedangkan pendanaannya disarankan untuk mencari pinjaman lunak dari negara donor misalnya anggota MEE dan Lembaga Keuangan Internasional (Bank Dunia, dll).

Pada bulan Mei 1994 rombongan Presiden Suriname telah melakukan kunjungan ke Indonesia. Pihak Suriname berkeinginan untuk mengimpor CPO (Crude Palm Oil) sebanyak 4000-6000 ton per tahun dari Indonesia dan membeli teh (raw material) untuk diolah di Suriname. Pada bulan Juli 1944 sebagai tindak lanjut kunjungan Presiden Suriname ke Indonesia, rombongan pengusaha Indonesia telah berkunjung ke Suriname dalam rangka mengadakan orientasi/penjajakan kemungkinan mengadakan investasi dan kerjasama perdagangan dengan mitra dagang Suriname di bidang sumberdaya hutan, kelapa sawit, industri alat berat pertanian, dll. Pada bulan September 1997 Deptan memberikan informasi bahwa belum dipenuhinya permintaan bantuan kepada Suriname oleh pihak Indonesia disebabkan karena belum adanya kejelasan mengenai pembiayaan serta bentuk kerjasama yang diinginkan.

Kerjasama KTNB, sejak 1982/1983-1994/1995, Pemerintah Suriname telah memanfaatkan program KTNB Indonesia dengan mengirim 41 orang peserta untuk mengikuti berbagai program sesuai dengan kebutuhannya (bidang pertanian, penerangan dan hubungan masyarakat, pertambangan dan energi, pekerjaan umum, social, perdagangan dan perindustrian). Tahun 1996 Pemerintah Suriname mengirim 4 orang petani untuk mengikuti program KTNB di bidang pertanian di daerah Jawa Barat. Pada tanggal 10 Desember 1999 melalui surat dari KBRI di Suriname, Pemerintah Suriname meminta supaya dipertimbangkan untuk diikutsertakan dalam program magang petani Deptan dan program-program KTNB dan bidang lain. Program pelatihan yang dapat ditawarkan kepada Pemerintah Suriname adalah: (1). Rice Production Technique Course. (2). Workshop Production Agriculture Extension Methodology.

Pada tanggal 15 Oktober 1997 telah ditandatangani MOU RI � Suriname di bidang pertanian di Jakarta. Pada bulan Maret 1998 Dubes RI untuk Suriname dan Dubes Suriname untuk Indonesia telah mengadakan pertemuan guna menindaklanjuti MoU RI-Suriname di bidang kerjasama pertanian yang ditandatangani di Jakarta tanggal 15 Oktober 1997. Beberapa pokok pembicaraan adalah sebagai berikut :
Guna merehabilitasi perkebunan kelapa sawit seluas 500 ha yang aktivitasnya terhenti sejak beberapa tahun lalu, Pemerintah Suriname membutuhkan tenaga ahli di bidang kelapa sawit,
Sebuah pabrik minyak kelapa sawit yang mengolah kopra di Distrik Coronie membutuhkan tenaga ahli di bidang pemrosesan kopra,
Patomaca, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit seluas 2000 km yang sedang melakukan rehabilitasi kebunnya sejak 1992, membutuhkan tenaga ahli di bidang pemrosesan FFB (Fresh Fruit Bunches).

Tanggal 28 April-2 Mei 1999 KBRI Paramaribo telah turut serta dalam Pameran Pertanian �Agro 99�. KBRI merupakan satu-satunya perwakilan asing di Suriname yang mengikuti pameran tersebut. KBRI menampilkan buku-buku dan brosur-brosur yang berisi informasi mengenai pertanian seperti jamu, saos, kecap, bahan kosmetik, bumbu masak, rokok kretek, contoh kayu, dll.

Pada tanggal 22 April 2003 melalui KBRI di Suriname, Pemerintah Suriname mengharapkan bantuan Indonesia dalam hal:
Program pendidikan dan pelatihan untuk para petani padi serta pertukaran ahli
Pengembangan buah-buahan (exotic fruits) seperti rambutan, durian, mangga, duku, manggis, dll.
Bantuan tenaga ahli untuk merintis budi daya perikanan air tawar di kawasan Marienburg.

Hasil Sidang I Komisi Bersama RI-Suriname di Paramaribo tahun 2003:
Mengharapkan agar beberapa sub - sektor pertanian dapat dijadikan bidang kerjasama kedua negara dalam waktu dekat, juga perlunya kerjasama di bidang riset dan pengembangan beberapa komoditi seperti sektor padi, buah-buahan, pertanian organic, aquaculture, program pelatihan untuk petani padi, penelitian tanaman padi, pertukaran teknologi dan informasi di bidang tersebut. pengembangan buah-buahan (exotic fruits)
Delegasi Suriname juga mengharapkan agar MOU mengenai kerjasama di bidang pertanian yang akan berakhir pada tahun 2004 dapat diperpanjang untuk lima tahun lagi.
Pihak Suriname mengharapkan agar dapat lebih dikembangkan kerjasama teknik antara kedua negara termasuk kemungkinan Suriname kembali dimasukkan dalam program TCDC Indonesia. Pihak Suriname sangat mengharapkan pelaksanaan program kerjasama teknik tersebut dan telah mengusulkan program-program pelatihan antara lain di bidang pertanian, perikanan, mekanik, otomotif, kesehatan, pertambangan, program pelatihan dalam rangka pemberdayaan peran perempuan dan lain-lain. Indonesia pada dasarnya menyambut baik berbagai usulan program kerjasama tersebut dan hal ini akan dibahas lebih lanjut dengan instansi-instansi terkait di Indonesia.

Sidang II Komisi Bersama Indonesia � Suriname diselenggarakan tanggal 22 November 2004 di Yogyakarta dengan hasil kesepakatan sebagai berikut :
Perlunya memperpanjang kesepakatan yang telah dituangkan oleh kedua belah pihak dalam Memorandum of Understanding (MOU) yang akan berakhir tahun 2004 serta dipertimbangkan untuk memisahkan sektor perikanan dalam MOU tersendiri.
Pihak Suriname mengharapkan bantuan teknik berupa tenaga ahli Indonesia khususnya untuk komoditi beras dan rambutan dengan dilengkapi proposal untuk kedua komoditi tersebut. Pihak Suriname akan menanggung seluruh biaya akomodasi dan konsumsi selama tenaga ahli dimaksud bertugas di Suriname, sedangkan biaya ticket internasional (Jakarta � Paramaribo pp) diharapkan dapat dibiayai oleh Pemerintah RI. Dalam sidang disepakati akan dijajaki kemungkinan bantuan pembiayaan dari negara/lembaga donor untuk pelaksanaan kegiatan kerjasama kedua negara.


C.4. Indonesia � Tanzania

Tanzania telah aktif turut serta dalam program KTNB yang dise�lenggarakan Indonesia sejak tahun 1982. Sampai dengan program tahun 1995/1996 sudah tercatat 177 warga negara Tanzania yang mengikuti program KTNB. Program magang bagi petani Tanzania sejak tahun 1990 - 1998 sebanyak 4 angkatan (28 orang petani dan 5 penyuluh peranian) ; Program pelatihan bagi pejabat pertanian Tanzania pada tahun 1995 sebanyak 2 orang (1 orang untuk Program Field Workshop on Agriculture Extension dan 1 orang untuk Rice Production Technique Course).

Departemen Pertanian RI telah melaksanakan beberapa kerjasama teknik di bidang pertanian diantaranya adalah program magang bagi petani Tanzania, Program pelatihan bagi pejabat pertanian Tanzania, mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) atau Farmers Agriculture and Rural Training Center (FARTC), serta pengiriman tenaga ahli pertanian Indonesia ke Tanzania. Pendirian FARTC di desa Mkido-Morogoro-Tanzania merupakan kerjasama Pemerintah RI dengan Pemerintah Jepang serta FAO Representative di Dar Es Salaam yang bertujuan untuk memfasilitasi para petani Alumni Program Magang di Indonesia sehingga diharapkan dapat memberikan/ menyebarluaskan pengalaman yang diperoleh selama mengikuti program magang di Indonesia.

Bangunan FARTC (gedung serba guna), pengadaan kendaraan dan motor serta sarana diklat dan bantuan pompa air senilai US$ 155,000 merupakan sumbangan dari masyarakat petani Indonesia dimana penyalurannya dilakukan melalui dana abadi petani Indonesia yang disimpan oleh FAO Roma. Pembangunan FARTC merupakan inisiatif Indonesia sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produksi pangan di Tanzania melalui pertanian. Dengan bantuan ini telah menunjukkan hasil yang cukup berarti yaitu hasil gabah telah meningkat dari sebelumnya 3,8 ton/ha menjadi 6 ton/ha.

Pengiriman Tenaga Ahli :
Tahun 1995 telah dikirimkan 3 orang Tim Tenaga Ahli Indonesia ke Tanzania yang terdiri dari 1 (satu) orang peneliti, 1 (satu) orang penyuluh, dan 1 (satu) orang petani.
Tahun 1998 telah dikirimkan 3 orang tim teknis (1 orang petani, 1 orang Teknisi Mekanisasi, dan 1 orang penyuluh) ke Zanzibar dan 2 orang Tim teknis (Penyuluh Pertanian Senior / PPS) ke Tanzania. Pengiriman ke Zanzibar bertujuan untuk membantu petani Zanzibar dengan melakukan Dem-farm padi di desa Cheju, Zanzibar. Sedangkan yang ke Tanzania bertujuan untuk membantu kegiatanAgricultural Training Centre di FATRC di Desa Mkindo-Morogoro, Tanzania dengan bantuan dana dari TCP-FAO Roma.
Tenaga ahli Indonesia ke KATC (Kalimanjaro Agricultural Training Centre) dalam proyek pelatihan dan pemanfaatan hewan (kerbau) di lahan pertanian.Kerjasama ini dilaksanakan dengan konsep Tripartite Financing Management dan Triangle Co-operation. Pengiriman pertama adalah seorang expert dari petani pada bulan Oktober - Desember 1997, sedangkan pada tahap berikutnya adalah 2 orang tenaga ahli pertanian pada bulan Februari�April 1999.

Selain dari pengiriman tenaga ahli, pemerintah Indonesia juga telah memberikan bantuan peralatan mesin pertanian berupa hand tractor sebanyak 2 (dua) buah yang merupakan realisasi kerjasama bilateral kedua negara di bidang pertanian lainnya.


Kerjasama RI � Arab Saudi

Kunjungan Delegasi Bank Pertanian Saudi cabang Jeddah / 7-11 Pebruari 2005

Maksud daripada kunjungan tersebut adalah untuk menggali potensi kerjasama bilateral antara kedua negara di bidang peternakan, perkebunan dan perikanan serta juga melihat kemungkinan melakukan investasi di indonesia.

Pada tanggal 7 Pebruari 2005 kunjungan lapangan dilakukan ke peternakan skala menengah yaitu layer farm (peternakan ayam ras petelur) dan broiler farm (peternakan ayam ras pedaging) di Kabupaten Bogor.

Pada hari berikutnya delegasi berkesempatan mengunjungi perkebunan dan pabrik teh di Gunung Mas milik PT. Perkebunan Nusantara VIII untuk meninjau proses produksi teh dari pemetikan hingga pengepakan dan dilanjutkan kunjungan ke Taman Bunga Nusantara. Pada kunjungan ini delegasi bermaksud untuk mengadaptasi pola perkebunan rumah kaca yang dikelola untuk berbagai jenis tanaman terutama untuk jenis tanaman yang hidup didaerah tropis.

Pada hari terakhir kunjungan, dengan berkoordinasi dengan DKP, delegasi melakukan kunjungan ke Usaha Pembudidayaan Ikan Hias dan Usaha Pembudidayaan Ikan Lele di Parung, Jawa Barat. Setelah itu delegasi melanjutkan kunjungan ke Industri Kapal Ikan, PT. Prima Maritim Nusantara Nusantara di Gunung Putri, Jawa Barat. Pada kesempatan ini delegasi berminat dengan teknologi pembuatan kapal yang diterapkan yang dapat menghasilkan tiga kapal dalam satu hari dan berminat pula untuk melakukan pembelian beberapa unit kapal.
Dari hasil kunjungan ini delegasi merangkum semua informasi yang telah diperoleh mengenai keinginan untuk mengimport atau melakukan invetasi dalam bentuk laporan dan menyampaikan ke Lembaga Pemerintah terkait untuk dapat ditindak lanjuti dan direalisasikan ke dalam suatu kerjasama bilateral dua negara.


Kerjasama Indonesia � Belanda

Working Group on Agriculture ke-10 Indonesia � Belanda, 16 Juni 2005

Merupakan tindak lanjut dari pertemuan ke-9 di Belanda. Pada pertemuan kali ini Indonesia kembali mengusulkan kembali 4 bentuk kerjasama yang berpeluang untuk memperoleh bantuan dari Pemerintah Belanda, yaitu : Support to the Merauke�s Rice Seed Institute; Request for Dutch Support to the center for Alleviation of Poverty through Secondary Crops/CAPSA; Improving the Control of Golden Potato Cyst Nematoda; Development of Horticultural Organic Farming.
Dalam kerangka kerjasama antar swasta melalui Program for Cooperation with Emerging Market (PSOM), pihak Belanda mengharapkan pelaku agribisnis Indonesia untuk lebih aktif dalam mencari partner bisnisnya di Belanda.

Berkaitan dengan masalah import bibit kentang dari Belanda, pihak Belanda memahami penjelasan Indonesia mengenai aturandan syarat impor bibit kentang ke Indonesia yang harus pula mengikuti peraturan perkarantinaan yang berlaku.

Menindaklanjuti proyek PBSI (Programme Bilateral Sammenwerken Indonesia)yang bertujuan untuk pengembangan capacity building penanganan masalah-masalah perdagangan internasional/WTO, pihak Belanda menyetujui untuk kelanjutan proyek tersebut dan mengharapkan Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan dapat membuat dan memformulasikan proposal baru untuk kegiatan tersebut.

Kerjasama RI � Mesir

Joint Commission Meeting ke-4, Indonesia � Mesir / 18-19 Juni 2005
Sidang yang berlangsung di Cairo menghasilkan beberapa kesepakatan yang dituangkan kedalam Agreed Minutes yang ditandatangani oleh masing-masing Ketua delegasi. Pada Sidang ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Perdagangan RI dan delegasi Mesir dipimpin oleh Menteri Kerjasama Internasional Mesir.

Bidang yang kerjasama yang disepakati pada Agreed Minutes tersebut adalah :
-Hubungan perdagangan
-Teknik dan ekonomi
-Industri
-Investasi
-Pariwisata
-Transportasi
-Bank Sentral
-Komunikasi, teknologi dan Informasi
-IPTEK
-Budaya, Pendidikan, Pemuda dan olah raga
-Kesehatan
-Pertanian


Khusus di bidang pertanian kedua negara menegaskan kembali pentingnya realisasi usulan kerjasama yang pernah disampaikan sebelumnya, dimana pihak Mesir mengusulkan i) peningkatan kerjasama bidang pertanian; ii) pertukaran ilmu; iii) pengembangan kerjasama dibidang produksi pertanian dan peternakan di daerah Toshka; iv) joint venture revitalisasi pabrik gula di Indonesia, produksi dan industri pupuk, palm oil refinery berikut produknya; v) eksportasi produk sampingan industri gula. Sedangkan dari pihak Indonesia juga menggaris bawahi pentingnya merealisasikan sejumlah usulan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya antara lain : peningkatan kerjasama dibidang agribisnis pertanian, kerjasama pembangunan irigasi pertanian, pengembangan produk hortikultura, pengembangan industri pupuk, joint venture dibidang pergulaan, CPO dan perkapasan. Kedua pihak sepakat melaksanakan kerjasama disektor peternakan yang ditandai dengan ditandatanganinya MoU on Veterinary Services and Quarantine Cooperation oleh Dirjen ASPASAF Departemen Luar Negeri sebagai Ketua Delri pada tingkat SOM) dan Dirjen Peternakan Mesir.


Untuk kerjasama teknik disepakati akan diadakan pertukaran tenaga ahli; program pelatihan; teknologi dan trainees di bidang pertanian.

Kerjasama RI - Yaman


Sidang ke-1 Komisi Bersama Indonesia � Yaman,

Yogyakarta 8-10 Agustus 2005

Pada Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting-SOM) antara kedua negara, dilaksanakan pada tanggal 8-9 Agustus 2005. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Dep. Luar Negeri RI dan Delegasi Yaman dipimpin oleh Wakil Menteri Kerjasama Internasional, Kementrian Perencanaan dan Kerjasama Internasional Republik Yaman. Delegasi dari Departemen Pertanian diwakili oleh Sekretaris Jenderal Dep. Pertanian dan Kepala Bagian Bilateral, Biro KLN.

Di Pertemuan Tingkat SOM tersebut dibahas isu-isu untuk mempromosikan hubungan bilateral di bidang ekonomi antara lain Perdagangan; Investasi; Industri; Perminyakan; Bank Sentral dan Kelautan dan Perikanan.

Sedangkan untuk bidang sosial, kebudayaan dan IPTEK antara lain : Komunikasi; Pendidikan; Agama; Tenaga Kerja; Budaya dan Pariwisata; Transportasi Udara; Transportasi Darat; Transportasi Laut; Karsipan; Lingkungan Hidup; Pemberdayaan Perempuan dan Pelatihan Kejuruan.

Dalam Sidang Komisi Bersama ke-1 Tingkat Menteri yang berlangsung pada tanggal 10 Agustus 2005, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri RI dan Delegasi Yaman dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Yaman.

Pada pertemuan tersebut di tandatangani enam nota kesepakatan yaitu di bidang Kesehatan; Kerjasama mengenai HAM; Kerjasama Promosi Perdagangan antara BPEN dengan YESC (Yemen Export Supreme Council); Kerjasama di Bidang Pertanian; Kerjasama Zona Bebas (Free Zone) antara Otorita Batam dengan Aden Free Zone serta kerjasama antar Kantor Berita (ANTARA-SABA).

Memorandum of Understanding on Agricultural Cooperation antara Indonesia dan Yaman ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Dep. Pertanian RI dan Deputy Minister for International Cooperation, Ministry of Planning and International Cooperation. Kerjasama ini mencakup bidang Hortikultura, Tanaman Pangan, Peternakan, Agribisnis, Agro-industry dan lainnya.

Comments

Popular Posts