REMBULAN TERBELAH
Belum sampaikah tuan, berita tentang rembulan terbelah meneteskan air mata darah di negeri Burma nan memerah diselimuti dendam dan amarah?Tidakkah terdengar jerit ribuan Muslim Rohingnya yang terusir dari tanah leluhur, terlunta di belantara kelam, tersaruk di tengah hutan bakau, terkapar di batas-batas negara dengan tubuh lunglai penuh darah?Ini bukan tentang kisah Barata Yudha yang menampilkan dua pasukan dengan kekuatan nan imbang dilengkapi kereta kencana, pedang panjang, keris pusaka dan ribuan anak panah.Tapi tentang pemusnahan sebuah kaum, pembantaian ummat, pemerkosaan Hak Asasi Manusia berpangkal kepercayaan yang tidak searah
Belum sampaikan tuan, berita tentang ribuan burung bangkai yang beterbangan di langit desa Arakan, saling cakar berebut tubuh-tubuh kaku berserakan tanpa penutup kain kafan?Tidakkah terdengar jerit ribuan anak Muslim dan rintihan para wanita renta di tengah gelak tawa serdadu nan pongah tak berperikemanusiaan?Ini bukan tentang petempuran Rama dan Rahwana di hutan Kandaka, juga bukan pertarungan jantan antar ksatria yang terukir indah di buku-buku legenda atau novel-novel kenamaan.Tapi tentang keserakahan dan kesombongan manusia, tentang diskriminasi dan penindasan kaum minoritas oleh penguasa lalim dan barisan pengikut syetan.
Masihkah terasa nikmat secangkir coklat hangat dan sebutir kurma Mesir yang tuan santap di penghujung senja, sementara Ramadan seakan hilang keelokannya di bumi Arakan nan remuk redam?Tubuh-tubuh kurus terkulai tak berdaya di sudut reruntuhan rumah, Masjid dan Surau sunyi sepi tak berpenghuni, suara adzan yang biasa berkumandang seakan hilang lenyap, lantunan dzikir menjadi barang yang haram.Ini bukan mimpi, tuan, bukan pula permainan anak-anak menjelang malam.Tapi sebuah tragedi memilukan, penghancuran moral dan nilai-nilai kemanusiaan, pelecehan terhadap keadilan dan kebenaran, pemutar-balikkan fakta secara arogan, penuh tipu daya dan kejam.
Masihkah terasa indah lantunan doa tuan selepas taraweh, sementara Saudara kita di desa Arakan hanya mampu terdiam menahan kepedihan, ketakutan dan ketidakpastian masa depan saraya mengenang sanak keluarga yang hilang dibantai serdadu bermoral durjana?Jangan hanya diam tuan, bicaralah yang lantang, kecam kecongkakan dan kesewenang-wenangan, tunjukan empati pada sesama, yakinkan dunia bahwa Hak Asasi Manusia adalah milik segala bangsa.Ini bukan sekedar kehidupan dunia yang fana, tuan, karena dunia hanya sekedar permainan dan senda gurau semata.Tapi tentang tanggung jawab Pemimpin Ummat dan kewajiban kita untuk menegakkan ammar makruf nahyi munkar yang kelak akan dimintai pertanggung-jawaban di sisi Tuhan Yang Maha Esa
Belum sampaikan tuan, berita tentang ribuan burung bangkai yang beterbangan di langit desa Arakan, saling cakar berebut tubuh-tubuh kaku berserakan tanpa penutup kain kafan?Tidakkah terdengar jerit ribuan anak Muslim dan rintihan para wanita renta di tengah gelak tawa serdadu nan pongah tak berperikemanusiaan?Ini bukan tentang petempuran Rama dan Rahwana di hutan Kandaka, juga bukan pertarungan jantan antar ksatria yang terukir indah di buku-buku legenda atau novel-novel kenamaan.Tapi tentang keserakahan dan kesombongan manusia, tentang diskriminasi dan penindasan kaum minoritas oleh penguasa lalim dan barisan pengikut syetan.
Masihkah terasa nikmat secangkir coklat hangat dan sebutir kurma Mesir yang tuan santap di penghujung senja, sementara Ramadan seakan hilang keelokannya di bumi Arakan nan remuk redam?Tubuh-tubuh kurus terkulai tak berdaya di sudut reruntuhan rumah, Masjid dan Surau sunyi sepi tak berpenghuni, suara adzan yang biasa berkumandang seakan hilang lenyap, lantunan dzikir menjadi barang yang haram.Ini bukan mimpi, tuan, bukan pula permainan anak-anak menjelang malam.Tapi sebuah tragedi memilukan, penghancuran moral dan nilai-nilai kemanusiaan, pelecehan terhadap keadilan dan kebenaran, pemutar-balikkan fakta secara arogan, penuh tipu daya dan kejam.
Masihkah terasa indah lantunan doa tuan selepas taraweh, sementara Saudara kita di desa Arakan hanya mampu terdiam menahan kepedihan, ketakutan dan ketidakpastian masa depan saraya mengenang sanak keluarga yang hilang dibantai serdadu bermoral durjana?Jangan hanya diam tuan, bicaralah yang lantang, kecam kecongkakan dan kesewenang-wenangan, tunjukan empati pada sesama, yakinkan dunia bahwa Hak Asasi Manusia adalah milik segala bangsa.Ini bukan sekedar kehidupan dunia yang fana, tuan, karena dunia hanya sekedar permainan dan senda gurau semata.Tapi tentang tanggung jawab Pemimpin Ummat dan kewajiban kita untuk menegakkan ammar makruf nahyi munkar yang kelak akan dimintai pertanggung-jawaban di sisi Tuhan Yang Maha Esa
Comments
Post a Comment